LEGALITAS KIAI SEBAGAI WALI DALAM PERKAWINAN TANPA WALI NASAB
Abstract
Kiai as a guardian in marriage is a phenomenon that is not uncommon
among Islamic societies, especially in rural communities that tend to
study Islamic law through the books of fiqih salaf, which until now still
cause pro-cons among the kiai / Scholars and other Islamic societies.
The issue discussed in this paper is the argument of the legality of kiai
as a guardian in marriage without the guardian of Islam according
to Islamic law and the legislation in Indonesia, in order to explain the
kiai's argument as a guardian in marriage, to explain the legal basis
arising from the kiai as the guardian in Marriage under Islamic law
and legislation.
The results of this study indicate that the kiai's law as a guardian in
marriage without guardian nasab, marriage is considered unlawful
according to laws and regulations applicable in Indonesia and
illegitimate according to jumhur ulama, because the guardians who
should carry out are the judges and not the kiai
Downloads
References
Departemen Agama Republik Indonesia, Instruksi Presiden R.I Nomor
Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000.
Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pegawai Pencatatan
Nikah (PPN), Jakarta: Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3,
Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Djaman Nur, Drs. H., Fiqih Munakahat, Dina Utama, Semarang, 2003, h.
Fatihuddin Abul Yasin, Risalah Hukum Nikah, Surabaya: Terbit
Terang, 2006.
Faisal Ismail, Dilema NU di Tengah Badai Pragmatisme Politik, Jakarta: PT.
Mitra Cendikia, 2004.
Fatihuddin Abul Yasin, Risalah Hukum Nikah, Surabaya: Terbit Terang,
http://digilib.unnes.ac.id, Diah Sari Hikmah, Peranan Pondok Pesantren
Nurul Huda Al Hasyimiyyah Terhadap Kehidupan Masyarakat
Danawarih Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Tahun 1975-2003.
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Semarang:
Karya Putra, tt.
Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap
Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia
dan Malaisia, Jakarta: INIS, 2002.
M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: Prasasti,
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : Hida Karya Agung, 1989.
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum
Acara peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta:
Sinar Grafika, 2004.
Muhammad Jawad Maghniyah, “Al-Fiqhu Ala Madzahib al-Khamsah”
diterjemahkan Masykur A.B., Afif Muhammad, Idrus Al-Kaf, Fiqih
Lima Madzhab, Jakarta: Lentera Basritama, 2001.
Said Bin Abdullah bin Thalib Al Hamdani, Risalah Nikah, diterjemahkan
Agus Salim, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam), Jakarta: Pustaka
Imani, 2002.
Sayyid Sabiq, “Fiqhusunnah”, di terjemahkan Mohammad Thalib, Fikih
Sunnah 7, Bandung: Al-Maarif, 1981.
Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Syaikh Hasan Ayyub, “Fiqhul ‘Usrah al-Muslimah”, di terjamah M. Abdul
Ghofur, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Wahid Zaini, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogyakarta: LKPSM NU, 1994.